Sejarah Bilangan
Bilangan
asli
Bilangan adalah suatu
konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili
suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan
selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan
negatif, bilangan
rasional, bilangan irasional, dan bilangan
kompleks.
Prosedur-prosedur
tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan menghasil bilangan lainnya
sebagai keluran, disebut sebagai operasi numeris. Operasi uner mengambil satu masukan bilangan dan menghasilkan satu
keluaran bilangan. Operasi yang lebih umumnya ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua bilangan sebagai masukan dan
menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh operasi biner adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan. Bidang matematika yang mengkaji operasi numeris disebut
sebagai aritmetika. Karena menyatakan bilangan dengan
menggunakan kerikil, ranting, atau jari dirasakan tidak cukup praktis, maka
orang mulai berpikir untuk menggambarkan bilangan itu dalam suatu lambang.
Lambang (simbol) untuk menulis sebuah bilangan disebut angka. Misalnya , orang Babilonia
mengembangkan tulisan kuno berbentuk baji, yang menggambarkan lambang-lambang
berbeda, menyerupai tongkat yang ujungnya tajam pada tanah liat basah yang
dibentuk menjadi batu bata merah. Sperti pada gambar dibawah ini:
Simbol bilangan bangsa
Maya di Amerika pada 500 tahun SM:
Ada
pula penulisan angka yang dipergunakan oleh bangsa Yunani Kuno. Menulis bilangan dengan menggunakan huruf abjad yang
mereka pakai seperti tampak pada gambar:
Sekitar
3500 tahun S.M,Orang-orang Mesir kuno
(Egypt) menggunakan Hieroglif
untuk menuliskan bilangan-bilangan seperti tampak pada gambar:
Dalam
perkembangan selanjutnya, angka hindu
–Arab kuno ditemukan dalam manuskrip Sepanyol abad X dan menjadi cikal
bakal bagi angka-angka yang dipakai sekarang ini seperti diperlihatkan pada
gambar:
Simbol bilangan bangsa
Maya di Amerika pada 500 tahun SM:
Ada
pula penulisan angka yang dipergunakan oleh bangsa Yunani Kuno. Menulis bilangan dengan menggunakan huruf abjad yang
mereka pakai seperti tampak pada gambar:
Sekitar
3500 tahun S.M,Orang-orang Mesir kuno
(Egypt) menggunakan Hieroglif
untuk menuliskan bilangan-bilangan seperti tampak pada gambar:
Dalam
perkembangan selanjutnya, angka hindu
–Arab kuno ditemukan dalam manuskrip Sepanyol abad X dan menjadi cikal
bakal bagi angka-angka yang dipakai sekarang ini seperti diperlihatkan pada
gambar:
Pada
abad ke 11, bangsa arab menulis
lambang bilangan (angka) dari angka 1 sampai dengan 9 seperti yang ada dan
terus dipakai sampai saat ini oleh orang-orang Islam diseluruh dunia seperti
tampak pada gambar:
Simbol
bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini:
Macam – macam
bilangan:
a. Bilangan
Bulat adalah bilangan yang terdiri atas
bilangan positif, bilangan nol, dan bilangan negatif. Misal : ….-2,-1,0,1,2….
b. Bilangan
asli adalah bilangan bulat positif yang
diawali dari angka 1(satu) sampai tak terhingga. Misal : 1,2,3….
c. Bilangan
cacah adalah bilangan bulat positif yang
diawali dari angka 0 (nol) sampai tak terhingga. Misal : 0,1,2,3,….
d. Bilangan
prima adalah bilangan yang tepat
mempunyai dua faktor yaitu bilangan 1 (satu) dan bilangan itu sendiri. Misal :
2,3,5,7,11,13,….. (1 bukan bilangan prima, karena mempunyai satu faktor saja).
e. Bilangan
komposit adalah bilangan yang bukan 0, bukan
1 dan bukan bilangan prima. Misal ; 4,6,8,9,10,12,….
f. Bilangan
rasional adalah bilangan yang dinyatakan
sebagai suatu pembagian antara dua bilangan bulat (berbentuk bilangan, dimana a
dan b merupakan bilangan bulat). Misal: , , , , …
g. Bilangan
irrasional adalah bilangan yang tidak dapat
dinyatakan sebagai pembagian dua bilangan bulat. Misal: π, , log
7 dan sebagainya.
h. Bilangan
riil adalah bilangan yang merupakan
penggabungan dari bilangan rasional dan bilangan irrasional.
i. Bilangan
imajiner (bilangan khayal) adalah bilangan
yang ditandai dengan i.
j. Bilangan
kompleks adalah bilangan yang merupakan
penggabungan dari bilangan riil dan bilangan imajiner. Misal: Log
B.
Aplikasi Bilangan dalam Beberapa
Bidang
1.
Bidang Teknologi
a)
Sistem Bilangan Komputer
Sistem Bilangan atau Number System adalah suatu cara
untuk mewakili besaran suatu item fisik. Sistem Bilangan menggunakan bilangan
dasar atau basis (base/radix) yang tertentu. Dalam hubungannya dengan komputer,
ada 4 jenis Sistem Bilangan yang dikenal yaitu: Desimal (Basis 10), Biner
(Basis 2), Oktal (Basis 8) dan Hexadesimal (Basis 16). Berikut penjelasan
mengenai 4 sistem bilangan ini.
b)
Desimal (Basis 10)
Desimal (Basis 10) adalah sistem bilangan yang paling
umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sistem bilangan desimal menggunakan
basis 10 dan menggunakan 10 macam simbol bilangan yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8 dan 9. Sistem bilangan dasimal dapat berupa integer desimal (decimal integer) dan dapat juga berupa
pecahan desimal (decimal fraction).
Untuk melihat bilangan desimal dapat digunakan perhitungan seperti berikut,
misalkan contoh bilangan desimal adalah 8598. Ini dapat diartikan
Dalam gambar di atas disebutkan Absolut Value dan Position Value. Setiap simbol dalam sistem bilangan desimal
memiliki bentuk Absolut Value dan Position Value. Absolut Value adalah nilai mutlak dari masing-masing digit
bilangan. Sedangkan Position Value adalah
nilai penimbang atau bobot dari masing-masing digit bilangan tergantung dari
letak posisinya yaitu bernilai basis di pangkatkan dengan urutan posisinya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini.
Dengan begitu maka bilangan desimal 8598 bisa
diartikan sebagai berikut:
Sistem bilangan desimal juga bisa
berupa pecahan desimal (decimal fraction),
misalnya: 183,75 yang dapat diartikan:
C.
Bidang Filosofi
Filsafat membahas bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat
menjadikan bilangan sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang
bilangan itu sendiri. Objek material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu
sendiri. Bilangan itu sendiri dimulai dari yang paling sederhana, yakni
bilangan asli, bilangan cacah, kemudian bilangan bulat, dan seterusnya hingga
bilangan kompleks. Sebagai objek formal filsafat, bilangan dikaji hakikat.
Pengkajian filsafat tentang bilangan misalnya mengenai apa hakikat dari
bilangan itu, bagaimana merealisasikan konsep bilangan yang abstrak menjadi
riil atau nyata, bagaimana penggunaan bilangan untuk penghitungan dan atau
pengukuran
D.
Jenis
bilangan-bilangan Sederhana
Ada berbagai
jenis bilangan. Bilangan-bilangan yang paling dikenal adalah bilangan
bulat 0, 1, -1, 2,
-2, ... dan bilangan-bilangan asli 1, 2, 3, ..., keduanya sering digunakan untuk berhitung dalam aritmatika. Bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu
{0, 1, 2, 3 ...}. Dengan kata lain himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi,
bilangan cacah harus bertanda positif. Himpunan semua bilangan bulat dalam
buku-buku teks aljabar biasanya dinyatakan dengan lambang Z dan
sedangkan himpunan semua bilangan asli biasanya dinyatakan dengan lambang N.
Setiap bentuk
rasio p/q antara dua bilangan bulat p dan bilangan bulat tak nol q
disebut bilangan rasional atau pecahan. Himpunan semua bilangan rasional ditandai dengan Q.
E. Teori bilangan
Secara tradisional, teori bilangan
adalah cabang dari matematika murni yang mempelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah
terbuka yang dapat mudah mengerti sekalipun bukan oleh ahli matematika.
Dalam teori bilangan dasar,
bilangan bulat dipelajari tanpa menggunakan teknik dari area matematika
lainnya. Pertanyaan tentang sifat
dapat dibagi, algoritma
Euklidean untuk
menghitung faktor
persekutuan terbesar,
faktorisasi bilangan bulat dalam bilangan prima, penelitian tentang bilangan sempurna dan kongruensi
dipelajari di sini.
Pernyataan dasarnya adalah teorema
kecil Fermat dan teorema Euler. Juga teorema
sisa Tiongkok dan
hukum keresiprokalan kuadrat.
Sifat dari fungsi multiplikatif
seperti fungsi
Möbius dan fungsi phi Euler
juga dipelajari. Demikian pula barisan bilangan bulat
seperti faktorial dan bilangan
Fibonacci.
F.
Awal
Bilangan
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan
untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah para pakar
matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk
mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting bagi
kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan
selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan
baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan
hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada
abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol yang memuat penulisan simbol bilangan
oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah yang menjadi cikal bakal
penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat ini, seperti yang tampak
dalam gambar berikut:
G.
Perkembangan
Teori Bilangan
1. Teori Bilangan Pada suku Babilonia
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang
dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga
permulaan peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran
utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban
helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir
untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia,
terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika
Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika
Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400
lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan
paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di
bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa
Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan
sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka,
bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan
berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak
terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui
berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan,
aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers
perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel
perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat.
Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima
tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan
seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60
detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk
satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran
yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang
Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang
dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di
dalam sistem desimal
F.
Sejarah Perkembangan Bilangan
1.
Zaman Pra Yunani Kuno
Zaman Pra Yunani kuno disebut
juga Zaman batu, karena pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai
peralatan dan sisa peradapan manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain
:alat-alat dari batu tulang berulang hewan sisa beberapa tanaman gambar di
gua-gua tempat penguburan tulang belulang manusia purba. Antara abad ke -15
sampai 6 SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai
peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama
kali di Irak, tidak di Eropa Tiongkok. Pada abad ke-6 SM di Yunani muncullah
Filsafat. Pada zaman pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan
berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Disamping itu,
kemampuan berhitung ditempuh dengan cara korespodensi satu - satu atau
proses pemetaan. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan keluar
kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan
keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam. Dengan demikian lama kelamaan
mereka juga memperhatikan dan menemukan hal-hal seperti berikut :
a. Gugus bintang dilangit sebagai
suatu kesatuan. Gugusan ini kemudian diberi nama misalnya : Ursa Minor, Ursa
Manyor, Pisces, Scorpio, dan lain-lain, yang sekarang dikenal dengan nama zodiac
b. Kedudukan matahari dan bulan pada
waktu terbit dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodiak tersebut.
c. Lambat laun dikenal pula
bintang-bintang yang bergerak diantara gugusan yang sudah dikenal tadi,
sehingga ditemukan planet Mercurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus,
disamping matahari dan bulan
d. Akhirnya dapat pula dihitung
waktu Bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28 sampai dengan 29 hari.
e. Waktu timbul dan tenggelamnya
matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan memerlukan kurang lebih 365
hari sebelum kembali kedudukan semula.
f. Ketika mata hari timbul tenggelam
sebanyak 365 kali, Bulan juga mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berdasarkan
hal itu kelak ditemukan perhitungan kalender.
g. Ditemukan pula beberapa gejala
alam seperti gerhana, yang pada masa itu masih dihubungkan dengan
mitologi-mitologi tertentu, sehingga menakutkan banyak orang.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada zaman ini ditandai oleh kemampuan :
a. Know how dalam kehidupan sehari-hari
yang didasarkan pada pengalaman.
b. Pengetahuan yang berdasarkan
pengalaman itu diterima sebagai Fakta dengan sikap receptive mind, keterangan
masih dihubungkan dengan kekutan magis.
c. Kemampuan menemukan abjad dan
sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ketingkat
abstraksi.
d. Kemampuan menulis, berhitung,
menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap hasil abstraksi yang
dilakukan.
e. Kemampuan meramalkan suatu
peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi
2.
Zaman Yunani Kuno
Tokoh filsafat pada zaman Yunani
Kuno adalah Socrates (469 -399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles
(384-322 SM) Pidarta (2007). Zaman ini di pandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
ide-ide atau pendapatnya. Di zaman ini banyak sekali pendapat- bilangan
pendapat para ilmuan seperti pendapat orang Yunani Kuno dan Mesir Kuno
tentang, penemuan angka nol maupun nilai tempat.
3.
Zaman Modern
Pada bagian sebelumnya kita telah
mengenal bagaimana suatu suku bangsa membuat sebuah sistem penulisan
bilangan (sistem numerasi) yang berlaku untuk bangsanya, seperti yang
dikembangkan oleh Bangsa Yunani Kuno, dan bangsa Mesir Kuno dan lain-lain.
Namun demikian pada zaman modern sekarang ini sistem penulisan bilangan yang
dikenal dan dipakai oleh hampir setiap bangsa yang ada di dunia ini adalah
sistem penulisan bilangan yang dikembangkan oleh bangsa Arab, dan sekarang ini
dikenal dengan ”Angka Arab” dengan angka-angka pokoknya adalah
0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9, sedangkan angka-angka yang lebih dari 9, ditulis
dengan angka-angka pokok tadi. Misalnya, bilangan sepuluh ditulis sebagai ”10”
yaitu kombinasi angka 1 dan 0, demikian juga bilangan ”dua puluh empat” ditulis
dengan ”24” yaitu kombinasi angka 2 dan 4.
Dari sistem penulisan angka Arab
tadi, kemudian orang-orang` mulai memberi nama-nama khusus terhadap
bilangan-bilangan tertentu yang dikembangkan oleh bangsa Arab itu untuk suatu
keperluan tertentu.
Pada
abad ke 11, bangsa arab menulis
lambang bilangan (angka) dari angka 1 sampai dengan 9 seperti yang ada dan
terus dipakai sampai saat ini oleh orang-orang Islam diseluruh dunia seperti
tampak pada gambar:
Macam – macam
bilangan:
a. Bilangan
Bulat adalah bilangan yang terdiri atas
bilangan positif, bilangan nol, dan bilangan negatif. Misal : ….-2,-1,0,1,2….
b. Bilangan
asli adalah bilangan bulat positif yang
diawali dari angka 1(satu) sampai tak terhingga. Misal : 1,2,3….
c. Bilangan
cacah adalah bilangan bulat positif yang
diawali dari angka 0 (nol) sampai tak terhingga. Misal : 0,1,2,3,….
d. Bilangan
prima adalah bilangan yang tepat
mempunyai dua faktor yaitu bilangan 1 (satu) dan bilangan itu sendiri. Misal :
2,3,5,7,11,13,….. (1 bukan bilangan prima, karena mempunyai satu faktor saja).
e. Bilangan
komposit adalah bilangan yang bukan 0, bukan
1 dan bukan bilangan prima. Misal ; 4,6,8,9,10,12,….
f. Bilangan
rasional adalah bilangan yang dinyatakan
sebagai suatu pembagian antara dua bilangan bulat (berbentuk bilangan, dimana a
dan b merupakan bilangan bulat). Misal: , , , , …
g. Bilangan
irrasional adalah bilangan yang tidak dapat
dinyatakan sebagai pembagian dua bilangan bulat. Misal: π, , log
7 dan sebagainya.
h. Bilangan
riil adalah bilangan yang merupakan
penggabungan dari bilangan rasional dan bilangan irrasional.
i. Bilangan
imajiner (bilangan khayal) adalah bilangan
yang ditandai dengan i.
j. Bilangan
kompleks adalah bilangan yang merupakan
penggabungan dari bilangan riil dan bilangan imajiner. Misal: Log
B.
Aplikasi Bilangan dalam Beberapa
Bidang
1.
Bidang Teknologi
a)
Sistem Bilangan Komputer
Sistem Bilangan atau Number System adalah suatu cara
untuk mewakili besaran suatu item fisik. Sistem Bilangan menggunakan bilangan
dasar atau basis (base/radix) yang tertentu. Dalam hubungannya dengan komputer,
ada 4 jenis Sistem Bilangan yang dikenal yaitu: Desimal (Basis 10), Biner
(Basis 2), Oktal (Basis 8) dan Hexadesimal (Basis 16). Berikut penjelasan
mengenai 4 sistem bilangan ini.
b)
Desimal (Basis 10)
Desimal (Basis 10) adalah sistem bilangan yang paling
umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sistem bilangan desimal menggunakan
basis 10 dan menggunakan 10 macam simbol bilangan yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8 dan 9. Sistem bilangan dasimal dapat berupa integer desimal (decimal integer) dan dapat juga berupa
pecahan desimal (decimal fraction).
Untuk melihat bilangan desimal dapat digunakan perhitungan seperti berikut,
misalkan contoh bilangan desimal adalah 8598. Ini dapat diartikan
Dalam gambar di atas disebutkan Absolut Value dan Position Value. Setiap simbol dalam sistem bilangan desimal
memiliki bentuk Absolut Value dan Position Value. Absolut Value adalah nilai mutlak dari masing-masing digit
bilangan. Sedangkan Position Value adalah
nilai penimbang atau bobot dari masing-masing digit bilangan tergantung dari
letak posisinya yaitu bernilai basis di pangkatkan dengan urutan posisinya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini.
Dengan begitu maka bilangan desimal 8598 bisa
diartikan sebagai berikut:
Sistem bilangan desimal juga bisa
berupa pecahan desimal (decimal fraction),
misalnya: 183,75 yang dapat diartikan:
C.
Bidang Filosofi
Filsafat membahas bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat
menjadikan bilangan sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang
bilangan itu sendiri. Objek material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu
sendiri. Bilangan itu sendiri dimulai dari yang paling sederhana, yakni
bilangan asli, bilangan cacah, kemudian bilangan bulat, dan seterusnya hingga
bilangan kompleks. Sebagai objek formal filsafat, bilangan dikaji hakikat.
Pengkajian filsafat tentang bilangan misalnya mengenai apa hakikat dari
bilangan itu, bagaimana merealisasikan konsep bilangan yang abstrak menjadi
riil atau nyata, bagaimana penggunaan bilangan untuk penghitungan dan atau
pengukuran
D.
Jenis
bilangan-bilangan Sederhana
Ada berbagai
jenis bilangan. Bilangan-bilangan yang paling dikenal adalah bilangan
bulat 0, 1, -1, 2,
-2, ... dan bilangan-bilangan asli 1, 2, 3, ..., keduanya sering digunakan untuk berhitung dalam aritmatika. Bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu
{0, 1, 2, 3 ...}. Dengan kata lain himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi,
bilangan cacah harus bertanda positif. Himpunan semua bilangan bulat dalam
buku-buku teks aljabar biasanya dinyatakan dengan lambang Z dan
sedangkan himpunan semua bilangan asli biasanya dinyatakan dengan lambang N.
Setiap bentuk
rasio p/q antara dua bilangan bulat p dan bilangan bulat tak nol q
disebut bilangan rasional atau pecahan. Himpunan semua bilangan rasional ditandai dengan Q.
E. Teori bilangan
Secara tradisional, teori bilangan
adalah cabang dari matematika murni yang mempelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah
terbuka yang dapat mudah mengerti sekalipun bukan oleh ahli matematika.
Dalam teori bilangan dasar,
bilangan bulat dipelajari tanpa menggunakan teknik dari area matematika
lainnya. Pertanyaan tentang sifat
dapat dibagi, algoritma
Euklidean untuk
menghitung faktor
persekutuan terbesar,
faktorisasi bilangan bulat dalam bilangan prima, penelitian tentang bilangan sempurna dan kongruensi
dipelajari di sini.
Pernyataan dasarnya adalah teorema
kecil Fermat dan teorema Euler. Juga teorema
sisa Tiongkok dan
hukum keresiprokalan kuadrat.
Sifat dari fungsi multiplikatif
seperti fungsi
Möbius dan fungsi phi Euler
juga dipelajari. Demikian pula barisan bilangan bulat
seperti faktorial dan bilangan
Fibonacci.
F.
Awal
Bilangan
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan
untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah para pakar
matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk
mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting bagi
kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan
selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan
baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan
hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada
abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol yang memuat penulisan simbol bilangan
oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah yang menjadi cikal bakal
penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat ini, seperti yang tampak
dalam gambar berikut:
G.
Perkembangan
Teori Bilangan
1. Teori Bilangan Pada suku Babilonia
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang
dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga
permulaan peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran
utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban
helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir
untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia,
terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika
Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika
Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400
lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan
paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di
bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa
Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan
sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka,
bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan
berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak
terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui
berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan,
aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers
perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel
perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat.
Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima
tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan
seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60
detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk
satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran
yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang
Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang
dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di
dalam sistem desimal
F.
Sejarah Perkembangan Bilangan
1.
Zaman Pra Yunani Kuno
Zaman Pra Yunani kuno disebut
juga Zaman batu, karena pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai
peralatan dan sisa peradapan manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain
:alat-alat dari batu tulang berulang hewan sisa beberapa tanaman gambar di
gua-gua tempat penguburan tulang belulang manusia purba. Antara abad ke -15
sampai 6 SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai
peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama
kali di Irak, tidak di Eropa Tiongkok. Pada abad ke-6 SM di Yunani muncullah
Filsafat. Pada zaman pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan
berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Disamping itu,
kemampuan berhitung ditempuh dengan cara korespodensi satu - satu atau
proses pemetaan. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan keluar
kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan
keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam. Dengan demikian lama kelamaan
mereka juga memperhatikan dan menemukan hal-hal seperti berikut :
a. Gugus bintang dilangit sebagai
suatu kesatuan. Gugusan ini kemudian diberi nama misalnya : Ursa Minor, Ursa
Manyor, Pisces, Scorpio, dan lain-lain, yang sekarang dikenal dengan nama zodiac
b. Kedudukan matahari dan bulan pada
waktu terbit dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodiak tersebut.
c. Lambat laun dikenal pula
bintang-bintang yang bergerak diantara gugusan yang sudah dikenal tadi,
sehingga ditemukan planet Mercurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus,
disamping matahari dan bulan
d. Akhirnya dapat pula dihitung
waktu Bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28 sampai dengan 29 hari.
e. Waktu timbul dan tenggelamnya
matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan memerlukan kurang lebih 365
hari sebelum kembali kedudukan semula.
f. Ketika mata hari timbul tenggelam
sebanyak 365 kali, Bulan juga mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berdasarkan
hal itu kelak ditemukan perhitungan kalender.
g. Ditemukan pula beberapa gejala
alam seperti gerhana, yang pada masa itu masih dihubungkan dengan
mitologi-mitologi tertentu, sehingga menakutkan banyak orang.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada zaman ini ditandai oleh kemampuan :
a. Know how dalam kehidupan sehari-hari
yang didasarkan pada pengalaman.
b. Pengetahuan yang berdasarkan
pengalaman itu diterima sebagai Fakta dengan sikap receptive mind, keterangan
masih dihubungkan dengan kekutan magis.
c. Kemampuan menemukan abjad dan
sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ketingkat
abstraksi.
d. Kemampuan menulis, berhitung,
menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap hasil abstraksi yang
dilakukan.
e. Kemampuan meramalkan suatu
peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi
2.
Zaman Yunani Kuno
Tokoh filsafat pada zaman Yunani
Kuno adalah Socrates (469 -399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles
(384-322 SM) Pidarta (2007). Zaman ini di pandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
ide-ide atau pendapatnya. Di zaman ini banyak sekali pendapat- bilangan
pendapat para ilmuan seperti pendapat orang Yunani Kuno dan Mesir Kuno
tentang, penemuan angka nol maupun nilai tempat.
3.
Zaman Modern
Pada bagian sebelumnya kita telah
mengenal bagaimana suatu suku bangsa membuat sebuah sistem penulisan
bilangan (sistem numerasi) yang berlaku untuk bangsanya, seperti yang
dikembangkan oleh Bangsa Yunani Kuno, dan bangsa Mesir Kuno dan lain-lain.
Namun demikian pada zaman modern sekarang ini sistem penulisan bilangan yang
dikenal dan dipakai oleh hampir setiap bangsa yang ada di dunia ini adalah
sistem penulisan bilangan yang dikembangkan oleh bangsa Arab, dan sekarang ini
dikenal dengan ”Angka Arab” dengan angka-angka pokoknya adalah
0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9, sedangkan angka-angka yang lebih dari 9, ditulis
dengan angka-angka pokok tadi. Misalnya, bilangan sepuluh ditulis sebagai ”10”
yaitu kombinasi angka 1 dan 0, demikian juga bilangan ”dua puluh empat” ditulis
dengan ”24” yaitu kombinasi angka 2 dan 4.
Dari sistem penulisan angka Arab
tadi, kemudian orang-orang` mulai memberi nama-nama khusus terhadap
bilangan-bilangan tertentu yang dikembangkan oleh bangsa Arab itu untuk suatu
keperluan tertentu.
Pertanyaan :
- Apa yang dimaksud dengan bilangan?
- Jelaskan awal mula bilangan!
- Jelaskan perbedaan bilangan asli dan bilangan cacah!
- Jelaskan teori bilangan pada zaman Babilonia!
- Jelaskan sejarah bilangan pada zaman modern!
gambar nya mana ??? :) ;)
BalasHapus